LEBARAN ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI


Momen lebaran tentu menjadi momen yang ditunggu-tunggu bagi banyak orang. Baik yang merayakan maupun yang tidak, apalagi untuk ‘kaum rantau’. Sebenarnya aku kurang pantas kalau disebut kaum rantau, karena aku lahir dan besar di Jakarta, namun dari orang tua yang merupakan kaum rantau, hehe. Orang tuaku keduanya berasal dari Padang, Sumatera Barat.

Jadi dari kecil, walaupun tidak rutin setiap tahun, keluargaku sering mudik ke Padang. Lain cerita dengan suamiku yang merupakan kaum rantau. Dia lahir dan besar di Semarang, Jawa Tengah. Semenjak bekerja suami pindah ke Jakarta.

Seperti pasangan suami-istri pada umumnya, aku dan suami berusaha membagi waktu untuk mengunjungi keluarga kami masing-masing pada saat lebaran. Mungkin setiap pasangan memiliki ‘metode pembagian’ masing-masing, kalau aku dan suami sepakat setiap tahunnya kami mengunjungi kedua keluarga, tapi waktunya dibagi antara menjelang lebaran hingga hari H dan H+1 lebaran hingga libur Lebaran selesai. Tahun ini adalah tahun lebaran ketiga semenjak kami menikah, dan untuk pertamakalinya kami Lebaran di Padang lalu lanjut ke Semarang. Deg-deg-an, sudah pasti. Apalagi kami sekarang punya Arka, anak kami, yang tentu kesehatannya menjadi prioritas bagi kami. 

KOTA PADANG 


Tanggal 25 Mei 2019 (H-10 lebaran) aku dan Arka sudah tiba lebih dulu di Padang. Kami tinggal di rumah kakakku yang kebetulan juga bekerja di Padang. Di Padang, kami mengunjungi Pantai Padang atau yang sering disebut TapLau alias Tapi Lauik alias Tepi Laut, hehe. Pantainya bersih dan ombaknya juga tidak terlalu tinggi, jadi aman untuk bermain anak-anak. Selain itu, kami juga ke Pantai Air Manis, dimana terdapat batu Malin Kundang, cerita legenda yang sangat terkenal di Indonesia. Selain destinasi wisata, kami juga mencoba destinasi kuliner seperti Rumah Makan Pauh Piaman yang terkenal dengan gulai kepala ikannya. Bener loh, ini rasanya enaakk banget!! Dan yang unik adalah Tahu Brontak. Bentuknya seperti gorengan tahu isi kecil-kecil, tapi isinya bermacam-macam, ada tahu, bakso, sosis, dan juga telur. Sekali nyobain aku langsung ketagihan dan beli terus setiap hari buat buka puasa, haha!



TANAH DATAR, BATUSANGKAR & KOTA PAYAKUMBUH


Tanggal 30 Mei suamiku tiba di Padang, lalu tanggal 02 Juni (H-3 Lebaran) kami sekeluarga besar berangkat ke Payakumbuh untuk menginap 1 hari. Sebelum ke Payakumbuh, kami mampir ke Air Terjun Lembah Anai di Kabupaten Tanah Datar. Air terjunnya sendiri berada di pinggir jalan raya, jadi pada saat musim hujan dan kapasitas air banyak, airnya bisa ‘tumpah’ sampai ke jalan raya loh! Destinasi selanjutnya di Tanah Datar adalah Nagari Pariangan, salah satu desa terindah di dunia. WOW! Sesampainya disana, kami disuguhi pemandangan yang sangat asri dan udara yang segar. Spot foto juga banyak tentunya, hihi. Tapi sayangnya tempat-tempat pariwisata disana masih banyak yang direnovasi, jadi kami belum bisa explore lebih banyak lagi.

Setelah dari Tanah Datar, kami berkunjung ke Istana Pagaruyung di Batusangkar atau bisa disebut juga Istano Basa. Sebenarnya ini adalah replika dari istana yang asli, karena istana yang asli sudah terbakar habis pada zaman Belanda. Istana ini terdiri dari 3 lantai, lantai yang pertama terdiri etalase berisikan barang-barang peninggalan, lantai kedua terdiri dari kamar-kamar dan lantai ketiga terdiri dari ruang rapat dan tempat penyimpanan harta pusaka raja. Di Istana Pagaruyung ini, kami juga bisa menyewa kostum adat khas Minang untuk difoto di sekitar lokasi Istana. Seru deh! Ukurannya pun banyak dari anak-anak hingga orang dewasa. Jadi bisa foto keluarga dengan menggunakan pakaian adat Minang. Selain itu juga ada kereta odong-odong untuk bekeliling melihat lingkungan Istana. Selesai berjalan-jalan di Istana Pagaruyung, kami melanjutkan perjalanan ke Payakumbuh. Di Payakumbuh kami mengunjungi Kelok Sembilan, ruas jalan berkelok yang menjadi destinasi wisata para turis di Payakumbuh. Kelok Sembilan ini menghubungkan Sumatera Barat dengan Riau, dipinggir jalan banyak warung-warung tenda untuk bersantai atau ngopi-ngopi sambil melihat pemandangan. Dan ya, sepertinya yang membuat wisatawan tertarik kesini karena tempatnya yang instagram-able!

Destinasi terakhir di kota Payakumbuh adalah Wisata Bukit Kelinci. Tidak hanya kelinci, disini juga terdapat burung, domba dan beberapa jenis hewan lainnya. Sebenarnya Wisata Bukit Kelinci ini belum sepenuhnya berjalan, jadi masih ada beberapa spot yang belum bisa dikunjungi. Tapi aku yakin, kalau nanti sudah berjalan penuh, pasti bakal bagus banget deh!

KOTA BUKITTINGGI 


Yap, ini destinasi terakhir sebelum kembali ke Kota Padang. Bukittinggi adalah kota kelahiran orang tuaku. Selain mengunjungi keluarga, tentunya kami mengunjungi beberapa tempat wisata dan kuliner disini. Yang pertama, pastinya mencari nasi kapau. Nasi khas Bukittinggi yang porsinya banyak banget! Satu porsi bisa untuk 2 orang dewasa, dan itupun kami masih kekenyangan, haha. Kemudian mengunjungi Jam Gadang, bangunan monumen yang ada di Bukittinggi. Karena datang saat malam hari, jadi kami bisa menyaksikan pertunjukan Air Mancur Menari. Bagus! Sayang saat ke Jam Gadang Arka tidur, jadi dia ngga bisa lihat.

Besoknya, kami mengunjungi Benteng Fort de Kock, benteng peninggalan Belanda yang berada satu kawasan dengan Kebun Binatang Bukittinggi. Senangnya melihat anak-anak excited melihat hewan-hewan yang ada disana mulai dari burung, angsa, rusa, buaya, harimau, orang utan, dan lainnya. Sebenarnya berkunjung ke tempat wisata disaat puasa ada nilai plus-nya juga, tempat wisata jadi lebih sepi sehingga anak-anak bisa dengan leluasa me-explore tempat tersebut. Tapi buat orang tuanya yang berpuasa tentu harus menyiapkan tenaga lebih, hehe.

Hari Lebaran, harinya berkunjung ke rumah keluarga. Sorenya kami melanjutkan perjalanan kembali ke kota Padang. Ditengah perjalanan kami mampir ke Sate Mak Syukur di Padang Panjang. Yap, cabangnya memang sudah banyak di Jakarta, tapi kalau lewat Padang Panjang ngga mampir ke Sate Mak Syukur rasanya kurang afdol. Sesampainya di Padang, aku langsung packing lagi untuk persiapan berangkat ke Semarang esok harinya. Perjalananku masih panjang.

KOTA SEMARANG 


Kota kelahiran suami ini menjadi kota yang penuh nostalgia bagi kami. Karena di kota ini kami bertemu, kuliah bareng, main bareng, bikin acara bareng sampe skripsi juga bareng. Jadi kalau kesini, jadwal kami penuh dengan jadwal reuni. Ngga ada destinasi wisata yang kami kunjungi di Semarang, tapi kalau destinasi kuliner, hmmm banyak! Mulai dari Nasi Ayam Bu Wido, Lekker Paimo, Bubur Ayam Kiki di Simpang Lima, Tahu Gimbal, Ayam Goreng Pak Supar, Poffertjes OEN, Mie Ayam Jayasari, Sate Pak Kempleng, Lumpia Mba Lien (kalau yang ini suamiku, aku ngga doyan lumpia, hehe) sampai Bakpao di Tanah Mas. Pokonya kalau ke Semarang pasti makannya jadi ngga terkontrol yang penting kangen terobati, haha.


KOTA YOGTAKARTA 


Karena kurang puas kalau liburan lama hanya di Semarang, jadi aku dan suami memutuskan untuk ke Yogyakarta. Mumpung ada waktu, kenapa ngga dimanfaatkan dengan baik. Ya kan? Hihi. Sebelum ke Yogya, kami mampir dulu ke Candi Prambanan, Sleman. Ini adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Didalamnya ada beberapa candi-candi lain seperti Candi Siwa, Candi Brahma dan Candi Wishnu, Candi Wahana, Candi Apit, Candi Kelir, Candi Patok dan Candi Perwara. Selain candi-candi utama juga ada beberapa candi kecil didalamnya. Kami mengelilingi kompleks candi dengan naik golf car bersama wisatawan lain. Dan sekarang ini di Candi Prambanan juga diadakan pertunjukkan Dramatari Roro Jonggrang di Ramayana Ballet Prambanan setiap hari Jumat dan Sabtu, loh. Penasaran ngga? Aku sih penasaran banget, tapi sayang kemarin belum sempat nonton.

Selanjutnya di Yogyakarta kami mengunjungi Alun-Alun Kidul, tempat wisata yang penuh dengan jajanan, mobil odong-odong dan juga mainan. Karena pada saat itu tempatnya sangat ramai, jadi kami hanya naik mobil odong-odong, bermain balon tiup, lalu membeli jajanan untuk dibawa pulang. Besoknya, kami mengunjungi Museum Ullen Sentalu, museum ini menampilkan budaya dan kehidupan bangsawan Dinasti Mataram. Selain itu museum ini juga menceritakan tokoh raja-raja dan permaisurinya serta bermacam-macama gaya pakaian pada zaman tersebut.

Kami mengelilingi museum selama kurang lebih 50 menit bersama pemandu wisata yang menceritakan sejarah dari tiap dokumentasi/peninggalan. Didalam kami tidak diperbolehkan mengambil foto/video sehingga kami bisa fokus menikmati perjalanan wisata kami. Ngga ketinggalan, di Yogya kami makan Gudeg, makanan khas Yogyakarta yang terbuat dari nangka. Selain Gudeg Yu Djum, langganan kami adalah Gudeg Bu Hj. Ahmad.

Ternyata panjang juga ya perjalanan lebaran sekaligus liburanku tahun ini. Walau sedikit was-was karena selama liburan Arka batuk pilek, tapi untungnya dia masih aktif dan excited. Yang ngga kalah penting, nafsu makannya ngga berkurang. Ngga kebayang deh kalau lagi liburan anak susah makan. Walaupun lebarannya udah lewat, semoga ceritaku ini bisa jadi inspirasi ibu-ibu yang mau liburan bersama keluarga dilain waktu ya.

Btw, aku dan suami berencana untuk liburan lagi akhir tahun ini, kira-kira ada saran ngga destinasi yang cocok? Pastinya yang child friendly yah! Aku tunggu masukkannya yaa ibu-ibu.


3 comments :

  1. Aku salah baca atau gimana ya? Kok bukan Kak Andra yang ngepost ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lho, kan sudah lama ada guest writer di blog ini :)

      Delete