IBU, PERCAYALAH



Ibu, mengapa aku minum susu formula? Katanya ASI adalah yang terbaik.

Ibu, usiaku hampir 2 tahun, tapi kenapa aku belum bisa berjalan sendiri? 

Ibu, teman sebayaku sudah bisa membaca, aku kapan?

Ibu, badanku kecil sekali, apa giziku kurang?

Ibu, kenapa aku belum juga bisa berbicara dengan lancar?

Buibu, apakah anak-anaknya pernah bertanya demikian?

Sebagai seorang ibu, pasti kita ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita. Namun kadang kala ada hal yang memang tidak bisa kita ‘kontrol’ walaupun kita merasa sudah memberikan yang terbaik. Tapi coba buibu perhatikan, apa anak buibu pernah menyakan hal “mengapa demikian”?

Sedikit cerita soal anakku, Arka.
Di usia 7 bulan Arka sudah bisa merangkak, diusia 8 bulan Arka sudah merembet kesana kemari. Apa tanggapan orang-orang? “Wah nanti jalannya cepet nih, sebelum setahun pasti udah bisa jalan.” Ibu mana yang ngga senang mengetahui pertumbuhan anaknya dikatakan cepat? Tapi dari 8 bulan dan seterusnya, pertumbuhan Arka gitu-gitu aja. Belum bisa berdiri sendiri, belum bisa bangun sendiri, bahkan ditatah juga ogah-ogahan. Apa tanggapan orang-orang? “Kok belum bisa jalan juga? Kirain jalannya bakal cepet.”

Sedih? Jangan ditanya.

Setiap hari aku pun bertanya-tanya “kenapa Arka belum bisa jalan juga?”. Aku bawa Arka ke taman biar injak-injak rumput (konon katanya kalau injak-injak rumput pagi hari bisa bikin anak cepat jalan), tapi ujungnya dia hanya duduk-duduk terus minta gendong, dan sebagainya. Aku sangat ‘ngoyo’ supaya Arka bisa jalan sebelum usia 1 tahun, tapi kenyataan berkata lain.




Setelah Arka umur 1 tahun, aku mulai pasrah dan belajar untuk percaya pada Arka kapan pun dia siap untuk jalan sendiri, dia pasti akan jalan dengan sendirinya. Semakin sering aku mendengar tanggapan orang-orang tentang pertumbuhan Arka, semakin aku percaya bahwa Arka juga punya ‘waktu’-nya sendiri. Dan Alhamdulillah diusia 13 bulan Arka sudah bisa berjalan dengan sendirinya. ‘Waktu’ itu datang dengan tiba-tiba saja dan bahkan bukan aku orang yang pertama kali melihat, hehe.


Banyak hal yang membuat kita menjadi krisis kepercayaan dengan anak kita sendiri. Mulai dari ekspektasi, omongan orang lain, perbandingan dengan anak-anak lain, dan sebagainya.

Sebagai seorang ibu pasti kita ingin anak kita menjadi yang teristimewa, tapi masalahnya apa kita percaya bahwa anak kita istimewa? 

Kadang kita sibuk mendengarkan omongan orang lain tentang anak kita, atau sibuk membandingkan anak kita dengan anak lain, yang justru membuat kita lupa bahwa anak kita istimewa.

Kita harus belajar dari anak kita sendiri, bahwa mereka tidak pernah sekalipun menanyakan mengapa ia belum bisa berjalan, mengapa ia tidak diberikan ASI, mengapa ia belum bisa membaca dan lain sebagainya. Anak kita juga tidak pernah membandingkan kita dengan ibu-ibu lain, bukan? Itu karena anak percaya bahwa ibunya lah yang teristimewa. Bagaimanapun kondisinya, ibu adalah cinta pertama seorang anak.
 
Anak adalah keajaiban dari Tuhan yang tidak bisa kita paksakan. Jadi biarkanlah keajaiban-keajaiban lain dari sang anak muncul dengan alami, dengan sendirinya. Mungkin kisahku ini belum seberapa dibanding dengan kisah para ibu lain di luar sana, tapi semoga kisahku ini bisa memotivasi untuk lebih percaya dengan keajaiban anak, yang merupakan keajaiban dari Tuhan.

Percayalah bahwa anak kita adalah anak yang istimewa yang mempunyai keistimewaannya masing-masing. Percayalah juga bahwa kita adalah ibu yang istimewa. Jangan biarkan satu hal pun membuat kita jadi meragukan anak kita, bahkan meragukan diri kita sendiri. Berikan yang terbaik, lalu berharaplah yang terbaik. Terbaik adalah yang paling tepat. Karena tepat, tidak selalu cepat ataupun hebat.

Seorang anak tidak membutuhkan ibu yang sempurna, tapi membutuhkan ibu yang bahagia. So, jadilah ibu yang bahagia untuk menumbuhkan anak yang bahagia.

With Love,

Indah

20 comments :

  1. Mba Indah dan Malo, terima kasih banyak untuk sharing dan remindernya <3 semangattt untuk semua para ibu dan anak istimewa!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes!! Aku juga sangat tersentuh dengan tulisannya Indah. Terharu :")

      Delete
    2. Sama-sama semoga kita semua bisa lancar dan bahagia dalam menjalani motherhood ini yaaa :)

      Delete
  2. Sama banget mbak Indah. Waktu anak umur 11 bulan, saya menanti-menanti dia bisa jalan. Berharap di ulang tahun pertama dia sudah lancar berjalan. Tapi ternyata belum juga. Tapi pantang menyerah untuk stimulasi. Untungnya keluarga dekat juga menyemangati dan bilang wajar kalau anak setahun belum bisa jalan lancar, latih aja terus. syukur umur 13 bulan dia bisa jalan. Memang kitanya yang harus sabar dan biarkan anak memilih waktunya sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betuull!! Yang penting selalu sabar dan pantang menyerah. Semoga lingkungan pun selalu mendukung yaa :)

      Delete
  3. LOVE BANGET..!!!
    terima kasih sudah mengingatkan ibu2 bahwa menjadi ibu bahagia adalah hal TERPENTING
    karena ibu yang bahagialah yang membuat semuanya menjadi istimewa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, terima kasih sudah membaca.. mari sesama ibu kita saling mengingatkan untuk menguatkan :)

      Delete
  4. Selama 2,5 tahun menjadi seorang ibu, entah udah seberapa sering aku terlalu kuatir dan membandingkan perkembangan anak sendiri dengan orang lain, sampai akhirnya aku sadar ini nggak sehat dan akhirnya lebih woles menjalani peran seorang ibu dan nggak menuntut kalo anakku harus cepat begini dan begitu. Semangat para ibu! Thank youu Mba Indah untuk reminder-nya (:

    ReplyDelete
    Replies
    1. yess betul banget, dengan membandingkan malah kadang kita jadi 'gemes' sendiri yang ujungnya bisa bikin stress, hehe.. semangat untuk kita para ibu! Terima kasih ya sudah membaca :)

      Delete
  5. Tulisannya menyentuh banget Mba Indah dan Malo, rasanya related banget sama aku yg saat ini mencoba pede dan yakin kalau baby y nanti bisa ini dan itu meski harus terus dibantu fisioterapi dan stimulasi. Alhamdulilah semuanya aman-aman aja masih sesuai kpsp anak :). Terima kasih insight nya yaa.
    Semua ibu harus saling empowering bukan kompetisi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, motherhood bukan dunia kompetisi walaupun diisi oleh orang-orang yang hebat. Yang terpenting kita sudah berusaha memberikan yang terbaik.. Semoga anak-anak kita bisa tumbuh dengan sehat dan bahagia yaa :)

      Delete
  6. Ini kayak peringatan buat diriku disaat anakku udah ngoceh2 terus tapi ngomong ibu, makan atau kata2 pendek pun aku ngerasa belum hiks, harusnya aku lebih bersyukur dan nikmati semua proses

    ReplyDelete
  7. ya ampun... terima kasih
    tulisan mbak indah sudah membuka mataku.
    aku gak percaya bahwa anakku istimewa
    padahal anakku sudah pasti istimewa.

    ReplyDelete
  8. baru blogwalking lagi dan menemukan tulisan ini tuh sangat sesuatu.. hampir berurai air mata bacanya.. terima kasih sudah mengingatkan, mba Indah :)

    ReplyDelete
  9. Malo dan mba Indah, thanks for sharing. Makasih sudah menyadarkan setiap ibu untuk lebih percaya :))

    ReplyDelete
  10. malo dan ka indah, Makasih banget sharingnya... anaku sudah 16 bulan tp blm bisa berjalan sendiri tanpa di tatah atau merembet,dia bisa berdiri sendiri tp blm berani melangkah sendiri. cemas banget dan takut rasanya. tapi aku selalu semangat untuk ajak anak aku berjalan. doakan yaa aku tetep positif thinking dan semangat support anaku

    ReplyDelete
  11. Pas jadi ibu baru dulu, akupun sering galau denger komentar ini itu dari sekeliling, mba. Belum lagi hilang baby blues, anak kena hernia di usia 3 minggu, asi enggak lancar, trus anakku dibilang overweight, sampe disuruh ngurangin susu. Usia 14 bulan baru bisa jalan, karena dia lebih suka ngerangkak ke mana mana. Huhuhu... pokoknya berjuangan banget pas sama si kakak dulu. Tapi seiring waktu berjalan ya aku bisa berdamai dg keadaan dan menemukan pola asuhku sendiri. Sekarang sama anak kedua lebih enjoy, ngasuh anak2 sendiri tanpa bantuan asisten. Emang ya mothherhood ini menguras jiwa dan raga emak-emak makanya harus kuat. Thanks for sharing dan salam kenal mba ��

    ReplyDelete
  12. Toba-tiba rembes baca ini. Betul juga, anak tdk pernah membandingkan kita dgn ibu lainnya. Sementara kita sering terjebak dipikiran org lain karena omongannya.

    ReplyDelete
  13. Toba-tiba rembes baca ini. Betul juga, anak tdk pernah membandingkan kita dgn ibu lainnya. Sementara kita sering terjebak dipikiran org lain karena omongannya.

    ReplyDelete