SEBUAH CATATAN PERJALANAN: FLORES #3



Tujuan berlabuh di Gili Lawa sebenarnya ada dua. Pertama, awalnya saya dan rombongan dapat menikmati sunset disana, tapi tertunda karena hujan yang tak kunjung reda. Kedua, kami akan mulai trekking sekitar jam 5 subuh untuk mengejar sunrise di puncak Gili Lawa.

Hujan deras berganti hujan rintik, tapi tak kunjung berhenti dari sore hingga malam berganti pagi.

Gagal melihat matahari terbit tidak membuat saya kecewa. Malam terakhir petualangan saya dihiasi canda tawa dengan peserta tur lainnya, mulai dari membahas hal-hal yang konyol hingga serius berdiskusi tradisi dan adat suku-suku yang tersebar di seluruh dunia.

Obrolan hangat ditutup sekitar pukul 21.00 WITA, dimana bola mata kami sudah mulai kemerahan karena lelah. Kami harus bangun pagi-pagi sekali untuk memulai trekking di Gili Lawa.

Sekitar pukul 04.30 WITA, suara Bang Erwind membangunkan saya dan teman-teman lainnya. Sambil mengumpulkan nyawa, saya mengambil jaket dan ransel, tak ketinggalan dua botol air minum untuk persediaan selama trekking.



Hujan belum juga reda, tapi niat tak perlu ditunda. Dalam keadaan gelap gulita saya dan rombongan diantar dengan speedboat kecil menuju pantai, hujan gerimis ikut menyertai petualangan kami. Terlihat dari jauh, ada beberapa orang yang juga sedang naik ke puncak Gili Lawa. Cahaya dari senter memberi tanda bahwa ada aktifitas di atas sana.

Saya dan rombongan hanya bermodalkan pencahayaan dari smartphone seadanya, tapi cukup untuk menemani kami hingga ke puncak.

Ketinggian Gili Lawa mungkin sekitar 160 meter dari permukaan laut. Kalau dilihat dari bawah sepertinya nggak terlalu tinggi, tapi begitu memulai pendakian, ternyata jalur trekking-nya sangat menantang! Di tengah perjalanan nafas saya sudah hampir habis, badan mulai basah karena keringat yang bercucuran. Kalau kemarin-kemarin saya hampir menyerah, saat itu saya hampir menangis.


Jalur trekking rupanya bebatuan yang licin dan tajam, harus sangat berhati-hati. Apalagi buat ‘orang kota’ seperti saya dan suami, melewati jalur trekking seperti ini tentunya sangat. Empat orang mahasiswa yang juga rombongan saya yaitu Daffa, Melda, Dika dan Rifki, sudah jalan terlebih dahulu. Ya iya lah, beda umurnya 8 tahun sama saya hahaha jangan disamain kekuatan fisiknya :D

Sesekali saya dan Abenk berhenti untuk duduk mengatur nafas, tapi Bang Erwind selalu menyemangati kami berdua kalau kami bisa sampai ke puncak! Hebat deh Bang Erwind energi positifnya luar biasaaaaah, padahal dalam hati saya udah mau jongkok dan nangis.

Lima belas meter dari puncak Gili Lawa, jalur semakin curam dan untuk melawan ketakutan saya lebih baik pelan-pelan dan “manjat” seperti Spider-Man. Jantung saya berdegup kencang, keringat jagung menetes dari dahi, rasanya benar-benar mau pingsan. Bang Erwind terus-terusan menyemangati saya dan Abenk (Bang Erwind sebenarnya tour guide atau motivator?), tapi akhirnya kami BERHASIL SAMPAI PUNCAK!






Semua yang indah-indah di Instagram itu ternyata butuh perjuangan di baliknya.

Selama ini saya pikir naik ke puncak Gili Lawa itu landai dan mudah, nggak taunya sangat menantang. Rasa lelah dan takut sekejap menghilang, terhipnotis oleh indahnya lanskap yang mempesona. Keindahan sulit digambarkan, yang jelas jauh lebih indah jika dinikmati saat berada disana.

Gili Lawa sendiri merupakan lanskap favoritnya Bang Erwind, dari setiap sisi kita bisa menikmati keindahan dan pesona Flores yang berbeda.




Walaupun medannya cukup sulit dan menantang, ternyata jalur trekking untuk pulang lebih landai dan menyenangkan. Banyak sekali titik-titik lokasi yang indah dan tidak terlihat seperti di Flores. Cuaca mendung membuat suasana menjadi magis dan membuat keindahan Gili Lawa seperti Skotlandia.

Saya juga beruntung bisa melihat sekawanan rusa liar yang sedang mencari makan walaupun dari kejauhan. Waktu yang dibutuhkan untuk trekking di Gili Lawa sekitar 2-3 jam, tergantung seberapa kuat fisik kita dan berapa lama kita berhenti untuk melakukan dokumentasi.



Suatu saat nanti saya janji akan balik lagi ke Gili Lawa, supaya puas dan merasakan lanskap Flores di musim yang berbeda.

***

Destinasi terakhir sebelum open trip selesai, snorkeling di Pulau Kanawa yang terkenal akan keindahan alam di bawah laut. Mungkin karena sudah terlalu lelah, saya hanya mengumpulkan sampah-sampah plastik yang tergenang di atas laut, sedangkan suami snorkeling bersama teman-teman open trip kami.

Menjelajahi pulau-pulau di Flores dalam waktu 4 hari 3 malam sangat memuaskan, rasanya 'suntikan vitamin' saya untuk inspirasi dan beraktifitas cukup hingga beberapa minggu ke depan. Sampai jumpa lagi, Flores!



Related Posts:
Exploring Flores in Rainy Season + What to Pack
Sebuah Catatan Perjalanan: Flores #1
Sebuah Catatan Perjalanan: Flores #2
Vlog: First Trip to Flores

 photo 2016_new-sign_zpsmxppxjue.jpg

11 comments :

  1. Semua yang indah-indah di Instagram itu ternyata butuh perjuangan di baliknya. Hihi bener ya kak

    ReplyDelete
  2. Abis baca postingan ini terus nonton vlognya abenk, gillsss keren banget. Yuklah ndra kalau mau balik lagi pas musim panas ikutan ��

    ReplyDelete
  3. Indonesia itu indah banget yahh, beruntung sampai bisa menyaksikan sendiri tempat- tempat yg kadang kita liat di kalender atau buku agenda.

    ReplyDelete
  4. wahhh itu rasa lelah trecking-nya bener-bener terbanyarkan ya ka alo, indah banget pemandangannya.

    ReplyDelete
  5. Kalian pasangan suami istri yg kereeeeennn. Kebayang nafasnya satu-satu banget waktu trekking.😅

    ReplyDelete
  6. liat postingan malo, rasanya pengen balik lagi ke gili lawa saat musim penghujan , gak kalah indah ya!saya kesini pas musim kemarau,medannya licin karena banyak tanah/bebatuan yg kering dan mudah goyah saat diinjak (apalagi pas jalan turun). Buat para fobia tinggi seperti kita pkoknya achievement unlocked banget ^o^!! hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah ternyata pas musim kemarau medan trekkingnya licin juga ya? Aku kira karena pas musim hujan aja licinnya hehe. Iya betul, begitu bisa berhasil melewati challenge langsung achievement unlocked banget!! :D

      Delete
  7. Kak andraa, OMG baru liat vlog2nya kak abenk dimulai dari vlog yg jalan jalan flores daaannn jatuh cinta sama semua vlognya serius! Sangat bermanfaat & penyampaiannya baguss. Sukses dan terus berkarya untuk kak andra dan suami ya <3

    ReplyDelete
  8. Pertanyaan yang terngiang2 dari awal baca amazing blog about flores ini, di kapal ada kamar mandi/toilet? Supply air tawarnya gmn yak 😞

    ReplyDelete
  9. sebagus itu flores nya. heaven place banget

    ReplyDelete