
Rintik hujan di bulan Januari selalu menemani perjalanan saya setiap awal tahun. Destinasi kali ini memang sedikit berbeda dari biasanya, karena saya dan suami pertama kalinya bisa ‘kabur’ berdua untuk menghabiskan waktu bersama tanpa anak. Langit di Labuan Bajo hanya sesekali cerah. Awan-awan tebal silih berganti menutupi luasnya langit, udara dingin pun menyelimuti suasana.
Saat mengetahui bahwa saya akan bermalam di atas kapal selama dua malam, saya tidak mau banyak berekspektasi. Perasaan antusias lebih mendominasi diri saya, padahal saya takut dengan laut.
Ketika kapal mulai berlayar, alunannya terasa seperti ditimang-timang. Angin yang berhembus di pipi seakan memberi perasaan tenang dan damai, dan sedikit rasa kemenangan karena akhirnya saya bisa kabur sejenak dari ibukota.
Leher dan pundak yang biasanya terasa tegang saat beraktifitas terlalu intens, tidak terasa lagi selama saya berpetualang di Flores.


Pemberhentian pertama dalam petualangan saya adalah Pulau Kelor. Pulau-pulau di Flores terlihat sangat indah dan terlihat serupa, tapi hanya beberapa pulau yang bisa dikunjungi oleh orang lokal maupun turis. Bang Erwind, guide lokal yang menemani saya dan peserta lain selama di Flores, sempat mengatakan kalau jalur trekking di Pulau Kelor curam dan paling ekstrim. Saya nggak terbiasa trekking, jadi membayangkannya saja sudah nggak berani.
Tapi karena sudah jauh-jauh ke Flores, apa pun medannya harus dicoba. Kan memang niatnya mau jadi bocah petualang hehehe.
Salahnya saya hanya membawa sepatu running yang agak flat, jadi licin sekali untuk jalur securam Pulau Kelor. Baru setengah perjalanan, lutut saya rasanya lemas karena saya sangat takut ketinggian (tapi selalu berusaha melawan ketakutan tersebut).




Kurang lebih butuh waktu 10-15 menit untuk sampai di puncak Pulau Kelor, rasa takut dan cemas saya langsung hilang begitu melihat pemandangan di sekeliling saya.
Tapi karena tempat untuk berfoto dan istirahat sangat kecil dan masih banyak orang yang datang, nggak lama saya memutuskan untuk turun ke bawah. Niatnya, supaya lebih enak turun dari pada harus berdesak-desakan dengan orang lain.

Karena saya takut dan sepatu saya licin, saya sempat terpeleset ketika hendak turun. Suami saya, Bang Erwind dan peserta tur lainnya masih ada di atas. Untungnya nggak lama, yang lain muncul menyusul dan Bang Erwind menuntun saya hingga sampai bawah. Wah turunnya jauh lebih susah buat naik! Apalagi saya nggak biasa dengan kegiatan outdoor seperti ini.
Saya hampir menangis sih sangking takut jatuh, badan saya juga keringetan karena panas dan deg-degan.

Sampai di kapal, meja makan sudah dipenuhi dengan berbagai macam santapan yang menurut saya.. mewah! Pokoknya apa pun yang bentuknya seperti masakan rumahan, menurut saya M.E.W.A.H! Sebelum makan siang saya baru sadar kalau di sekitar jari kelingking saya robek dan kaki kanan saya lecet-lecet akibat terpeleset di Pulau Kelor.
Untungnya ada P3K di kapal, jadi lukanya bisa saya tutup plester untuk sementara. Saat makan siang, kapal langsung berlayar lagi ke Pulau Menjerite. Saya ditawarkan untuk turun dan foto-foto di dermaga, tapi saya dan suami lebih memilih untuk istirahat di kapal sambil menikmati secangkir kopi Flores. Empat peserta lainnya adalah mahasiswa dan mahasiswi dari Jogja. Mereka berempat turun ke Pulau Menjerite, sedangkan saya hanya menikmati pemandangan dari kejauhan saja.

Menjelang pukul 2 siang, hujan semakin deras dan udara semakin dingin. Destinasi berikutnya adalah trekking dan melihat habitat komodo di Pulau Rinca. Karena hujan cukup deras, kami sempat menunggu hujan reda di atas kapal. Cuaca yang tak dapat diprediksi memang menjadi tantangan sendiri, tapi sekitar jam 3 sore kami bisa turun ke Pulau Rinca.


Grup kami ditemani oleh dua orang ranger untuk trekking di Pulau Rinca. Begitu masuk, kami bisa melihat tulang-tulang peninggalan keganasan komodo yang rata-rata tinggal kepala dan tanduknya aja.
Saya baru tau kalau komodo itu bisa makan binatang lain sampai tulang-tulangnya kecuali bagian kepala karena ukurannya terlalu besar untuk masuk ke mulut komodo.



Saya sudah sering melihat komodo di kebun binatang, tapi baru kali ini melihat komodo di lepas begitu saja. Begitu grup saya datang, tiba-tiba tiga ekor komodo mendekati rombongan kami.
Salah satu dari komodonya ada yang dicat warna merah di bagian punggung, kata salah satu ranger kami, komodo yang diberi tanda itu yang agresif atau sudah pernah menyerang manusia (!!!!)

Gilak, saya langsung melotot dan ngumpet di balik kerumunan rombongan. Mau mengambil gambar aja jadi nggak konsen, karena takut tiba-tiba ada komodo di belakang saya. Soalnya ranger kami juga cerita kalau pada tahun 2017, ada insiden dimana komodo menyerang orang yang lagi lengah atau ada juga tukang bangunan yang sudah diincar komodo. Cerita detailnya saya juga kurang tau, intinya mengerikan.. Jangan cari gara-gara deh kalau sama komodo.
Di saat yang bersamaan, hujan juga semakin deras tapi kami tetap trekking menuju bukit supaya bisa menikmati pemandangan dari atas. Kalau nggak hujan, kami bisa menikmati matahari terbenam. Walaupun hujan nggak berhenti, menikmati pemandangan di Pulau Rinca saat musim hujan menjadi sesuatu yang berbeda bagi saya.






Saya biasanya selalu melihat foto-foto Flores yang kuning keemasan, tapi kalau hujan dan gloomy seperti kemarin, rasanya seperti di Skotlandia!
Jika punya banyak waktu, bisa ambil jalur long trekking (tapi harus dari pagi) untuk menelusuri Pulau Rinca yang berbukit, sangat indah dan fotogenik. Setiap pengunjung juga harus ditemani oleh ranger, karena habitat terbesar komodo ada di pulau ini.
Saat kembali ke atas kapal, saya kaget karena di meja sudah disuguhkan pisang goreng keju lengkap dengan butiran coklat! Saya lumayan nggak nyangka karena peserta tur disuguhi makanan terus, tau aja nih perut nggak pernah kenyang hahaha.

![]() |
Enak banget, saya sampai makan tiga potong! |
Sebelum malam dan langit menjadi gelap, seharusnya kami bisa mampir ke Pulau Kambing untuk snorkeling dan menikmati sunset. Cuaca lagi-lagi yang menentukan, akhirnya kami hanya menikmati Pulau Kambing dari kejauhan saja.
Pulau Kambing sebenarnya hanya pulau kecil, tapi kenapa namanya ada ‘kambing’nya? Kata Bang Erwind, dulu ada kambing-kambing ternak yang sengaja diternak di pulau kecil ini supaya aman dari komodo. Lucu juga ya ceritanya hehehe..
![]() |
Pulau Kambing dari kejauhan. |
Malam pertama di atas kapal, rasanya agak aneh tapi somehow juga menyenangkan banget. Saya nggak bisa tidur nyenyak sih, karena saya memang agak susah adaptasi jika bermalam di tempat yang asing. Hari pertama menjelajah di Flores sangat menyenangkan, masih banyak petualangan lain yang menanti di keesokan hari.
Related Post: Exploring Flores in Rainy Seasons + What to Pack

Seru banget, saya langsung lapor suami pengen honeymoon lagi kalau baby udah disapih, btw kak ditunggu petualangan selanjutnya ya
ReplyDeleteHihihi aku ngerti perasaan itu, been there! Seru banget begitu bisa pergi beduaan aja sama suami, rasanya hepiiiiiii berat <3
DeleteSeru banget nget nget nget nget!!!!!!!!!!
ReplyDeleteAKU DOAIN GILL KAMU BISA HANIMUN LAGI SAMA SUAMIK ;P ;P
DeleteAKU AMININ KENCENG2!!! ;)
Deleteudah ngecengin si flores nih cuma ya itu logistik si Gide nya hahaha :)
Yaampun itu pisang goreng keju enak banget *salah fokus*
ReplyDeleteAsli baca cerita kamu ke flores jadi bikin aku hunting tiket pesawat promo kesana ndra �� update teruusss cerita dan foto fotonya, ditunggu.
Ayo ke Flores! Seru bangettt :D
DeleteI saw the pure happiness and joy in your eyes, Malo!
ReplyDeleteAwwwww thank you Win!!! Emang aku segitu hepinya :))))
DeleteSeru bangettt! Plus, bagus banget! Jd inget variety show korea yang kemarin ke pulau komodo juga. Serem-serem sedep gitu deh sama komodo haha.
ReplyDeletemba tumben fotonya nggak sejernih kayak biasanya apa ganti tone ya? atau pake kamera hp?
ReplyDeleteGanti kamera dan tone :D
DeleteOke sip! Another life goals! Hahahhaha
ReplyDeleteSeru banget malooo!! :D
seru banget mbak alo, berasa ikut ke Flores :D
ReplyDeleteHappy bangeeet yaa... Btw love the photo tone ^^
ReplyDeleteAwwww, happiness looks good on you both! <3
ReplyDeleteBtw, kangen banget deh sama hasil jepretan ka Alo yang kayak gini. Seandainya ini cuma Photo Diary, kira-kira aku bisa deh 'baca' cerita dan momen di balik semua foto-fotonya (:
Hy Kak Alo, happy banget aku baca post kaka kali ini dan aku jadi mupeng buat kesana, ditambah dengan hasil foto yang sulit buat dilupain dan foto kaka yang nyengir..
ReplyDeleteMantap banget viewnya.
ReplyDeletewah thank you jadi inspirasi bgt nieh, udh lama pengen ke laboan bajo tapi selalu ragu2 n takut karena hrs hidup dikapal berhari hari gt, thank you so much
ReplyDeleteCuma 2 malam aja kok bermalamnya, itu juga nggak berasa sama sekali sangking serunya :D
DeleteSendu banget, tapi feel happy-nya sampe ke aku kak Alo. Pasti seru dan deg2an karena for the first time ninggalin Aura ya Kak :)
ReplyDelete