MY TRAVEL ANXIETY AND HOW I DEAL WITH IT

Traveling sudah jadi bagian dari gaya hidup yang saya jalani. Untungnya, saya mendapat pasangan yang juga senang traveling. Tahun ini, saya dan pasangan dapat rezeki untuk berpetualang bersama keluarga kecil kami.

Walaupun bisa dibilang sudah sering traveling, tetap saja saya punya kecemasan, bahkan ketakutan. Kedua hal itu bisa saja datang atau menghantui saya sebelum atau selama traveling. Berikut ini saya akan ceritakan beberapa kecemasan saat traveling dan bagaimana saya mengatasinya:

Sakit Saat Perjalanan

Bisa dibilang sakit saat traveling adalah mimpi buruk, lebih chaos lagi kalau traveling saat anak sakit. Masih ingat betul betapa ‘zombie’ dan stresnya saya sewaktu membawa Aura Suri ke Jepang dalam keadaan demam, batuk dan pilek—sedangkan di Jepang saat itu sedang musim dingin. Rencana liburan bisa saja gagal kalau saya tidak siap mental dan fisik. Tapi, saya belajar terus bagaimana menghadapi kondisi seperti ini saat traveling.

Solusi: Selain membawa obat-obatan dan vitamin untuk diri sendiri, suami, dan anak, melakukan afirmasi juga sangat berpengaruh agar ibu, ayah, dan anak tetap tenang. Contoh afirmasi yang pernah dilakukan oleh suami saya adalah dia pernah berkata, “Apa pun kondisinya, kita harus siap. Mudah-mudahan kita semua sehat dan perjalanan lancar.”

Homesick

Pergi ke tempat seindah apa pun, memang pada dasarnya saya tipe anak rumahan yang sering kali merindukan suasana rumah. Homesick bukan hanya perasaan sepele bagi saya, karena sekejap bisa membuat saya moody atau bosan dengan tempat yang saya kunjungi.

Solusi: Menghubungi keluarga atau sahabat terdekat bisa jadi solusi untuk mengatasi homesick. Saya juga sering mempraktikkan teknik mindfulness dengan memberi perhatian dan kesadaran penuh dengan apa pun yang sedang terjadi di sini dan saat ini (here and now). Pejamkan mata, atur napas, serta coba buat tubuh dan pikiran relaks. Jika perasaan homesick mengganggu liburan, biasanya saya menuliskan kecemasan dan kesedihan saya dalam jurnal. Biasanya, perasaan saya jauh lebih membaik!

Guncangan Pesawat

Perlu waktu cukup lama untuk bisa mengatasi ketakutan saya saat turbulensi atau guncangan yang terjadi selama perjalanan di pesawat. Memang sih, kalau lagi guncangan di pesawat tuh rasanya dengkul sama perut langsung lemas ya, kayak jelly!

Solusi: Guncangan di pesawat itu wajar dan bukan sebuah ancaman. Sama seperti saat kita naik mobil, pasti akan ada sedikit goyangan, kan? Apalagi kalau sedang melewati jalan berlubang dan polisi tidur. Saya sekarang menganggap guncangan itu seperti ‘lubang’ yang sedang dilewati pesawat, sehingga kecemasan saya pun berangsur-angsur menghilang.

Sindrom Pasca Liburan

Pasca liburan, sulit sekali untuk kembali ke segala aktivitas rutin. Biasanya, hal yang sering bikin saya cemas adalah deadline, tumpukan email yang harus dibalas, kondisi jalanan di Jakarta yang macet, dan lainnya. Sindrom pasca liburan sering melanda saya. Tapi, karena saya cukup sering traveling, akhirnya ketemu solusi supaya bisa langsung siap kembali bekerja.

Solusi: Mengubah pola pikir saya dan menanamkan prinsip, “Liburan itu tujuannya agar lebih bersemangat kerja dan berkarya!” Saya juga tetap membawa kebiasaan yang kreatif saat liburan, seperti menulis jurnal dan membaca buku. Surprisingly, pasca liburan saya justru kangen laptop dan ingin buru-buru berbagi cerita lewat blog. Saya juga lebih bersemangat saat mengerjakan proyek-proyek yang saya garap setelah liburan. Jadi, yang penting adalah pola pikir atau mindset!

Read more: Traveling Alone With A Toddler, Why Not?

Perubahan Rencana Liburan

Salah satu ketakutan terbesar saya adalah saat mendadak rencana perjalanan harus diubah, bahkan dibatalkan karena ada hal-hal yang tak bisa dihindari, lalu tiket pesawat yang sudah dibeli jauh-jauh hari HANGUS! Ahhhh, saya tahu ini mimpi buruk banget. Kalau misalnya gagal terbang, bisa refund atau nggak? Refund-nya lama nggak?

Solusi: Saya mengandalkan Traveloka yang memiliki fitur 30 Days Refund Guarantee atau garansi pengembalian uang dalam waktu 30 hari, malah bisa lebih cepat. Saya mengalami kejadian serupa pada bulan ini karena harus menunda jadwal perjalanan ke Bali, MENDADAK. Untungnya, uang saya kembali dalam waktu kurang dari 30 hari. Ahhh, masalah sudah teratasi dan saya pun tenang.

Cara refund tiket di Traveloka mudah, jadi saya nggak butuh banyak waktu untuk mengurusnya. Ikuti saja langkah-langkahnya setelah memilih tiket yang ingin di-refund dan tunggu email konfirmasi dari Traveloka. Lumayan kan bisa refund, jadi uang saya nggak hilang begitu saja!

Setahu saya, beberapa maskapai yang tiketnya bisa di-refund di Traveloka itu adalah Garuda Indonesia, Citilink, Batik Air, Lion Air, dan Wings Air. Untuk informasi 30 Days Refund Guarantee lebih lengkap bisa dicek di www.traveloka.com/refund.

Well, itu dia beberapa travel anxiety atau kecemasan saat traveling versi saya. Untungnya, sekarang sudah ketemu semua solusinya, jadi saya bisa #TravelTanpaTakut. Nah, kalau teman-teman punya cerita juga nggak soal travel anxiety? Bagaimana cara kalian mengatasinya? Sharing is caring. Thanks!

Read more: 3 Reasons Why I Love Traveling