
“Sayang, mau tolongin aku bikin kopi?”
Sore ini saya hampir saja ‘kabur’ ke rumah Mama.
“Mau ngapain sih?”, tanya Abenk dengan wajah bingung.
“Aku pengen nulis, pengen titip Aura ke Mama sebentar biar aku bisa nulis”, jawab saya dengan muka sedikit memelas.
“Yaudah sini Aura sama aku aja.”
Saya tersenyum begitu Abenk menawarkan tenaga dan waktunya untuk mengurus Aura sebentar. Sebentar itu sangat berarti untuk saya walaupun hanya 15-30 menit, karena saya butuh waktu yang tenang untuk menuangkan inspirasi ke dalam tulisan. Terlalu banyak ide dan pikiran yang berlalu lalang di kepala saya, tidak baik kalau hanya sekedar lewat saja karena akan terbuang percuma. Jadi harus selalu saya catat, lalu saya tulis lagi agar tidak lupa.
Saya menghargai sekali inisiatif Abenk, karena saya tau ia sedang sibuk dan harus menyelesaikan pekerjaannya. Saya masih ngutang dengan beberapa orang untuk menulis checklist persiapan untuk melahirkan. Saya juga masih utang dengan diri sendiri untuk menulis tentang breastfeeding journey, dan saya ingin menyelesaikan salah satu tulisan tersebut hari ini.
Sambil menulis, pikiran saya teralihkan saat seseorang yang saya kenal menanyakan kabar saya via WhatsApp. Hampir dua tahun saya tidak bertatap muka, saya kangen sekali melihat wajah cantiknya dan mendengar cerita-cerita serunya. Sayang, saat ini ia tinggal jauh di Inggris. London, tepatnya. Setiap sekali seminggu saya menyempatkan diri mengecek Instagramnya, penasaran dengan cerita-cerita terbarunya dan ingin melihat apa yang seru di London.
Sambil bertukar kabar, saya mencoba menyelesaikan tulisan saya. Pusing, karena banyak sekali yang harus dituangkan. Seandainya saya punya Doraemon, saya akan meminta perangkat super canggih yang bisa menuangkan pikiran saya ke dalam tulisan.
Saya menghela nafas. Capek juga ya nulis, tapi kelar juga nih satu tulisan.
***
Tak terasa sudah 90 menit sejak saya menitipkan Aura ke suami saya.
Saya masuk ke kamar kerja suami, mengecek apakah Aura sudah bangun atau sedang tidur. Aura masih tidur pulas di atas pelukan Abenk, diselimuti oleh gendongan BabaSling berwarna turquoise. Abenk belum berhasil menyelesaikan pekerjaannya sejak saya menitip Aura, tapi saya berhasil menulis dua buah artikel yang saya tulis di kamar tidur kami.
“Makasih ya sayang, tulisanku selesai juga,” bisik saya sambil mengecup pipinya.
“Sayang, mau tolongin aku bikin kopi?”
Saya masuk ke kamar mandi untuk mencuci tangan, lalu bergegas ke pantry untuk membuat secangkir kopi hangat sesuai dengan permintaan Abenk. Daerah pantry dan teras jemuran masih gelap. Saya menyalakan lampu, di saat yang bersamaan saya mendengar suara yang akhir-akhir ini rasanya asing sekali di telinga – tapi sangat saya rindukan.
Suara gerimis. Rintik hujan!
Saya masuk ke kamar kerja, membawakan secangkir kopi hangat untuk Abenk lalu saya pergi lagi ke kamar tidur kami. Saya duduk di salah satu sudut kamar, di sofa favorit tempat saya menulis.
Balik lagi ke laptop, kalau kata Tukul.
Saya membuka halaman baru untuk menulis cerita hari ini, dimana saya bahagia sekali bisa menulis dengan tenang, membuat secangkir kopi hangat untuk suami dan mendengar bunyi rintik hujan walaupun hanya dari teras jemuran.
Tak lama, Abenk masuk ke kamar. “Nih yang, Aura bangun.”
Tiga menit kemudian, Aura menyusu di pelukan saya. Kepala saya rasanya terisi lagi, padahal tadi sudah dikosongkan dengan cara menuangkannya ke dalam tulisan.
Tangan kanan saya sibuk mengetik, menuangkan cerita sore yang begitu sederhana tapi cukup membuat saya bahagia. Tangan kiri saya menopang tubuh Aura yang sedang menyusu. Wajahnya terlihat damai. Ia tidak membuka matanya sama sekali.
Setelah selesai menyusu, Aura tertidur pulas di dada saya. Akhinya saya bisa menggunakan dua tangan lagi untuk menyelesaikan cerita ini.
Terima kasih sore hari ini, saya kangen sekali dengan suara rintik hujan.
Aku juga kangen hujan dan sudah siap mencium aroma hujan, suka postingan mu yang ini ndra. Salam kenal btw :)
ReplyDeleteHalo Kak Alo, salam kenal. Wah saya iri sekali di bagian 'mendengar rintik hujan', saya juga sangat rindu sekali dengan hujan, saya tinggal di Palangkaraya yang sedang diselimuti kabut asap, dan sangat membutuhkan hujan yang lebat :(
ReplyDeleteOiya, saya menunggu-nunggu tulisan Kak Alo tentang checklist persiapan melahirkan, apakah sudah diposting namun saya kelewatan? Kebetulan saya sedang hamil 31 weeks, dan bingung mulai mempersiapkan segala sesuatunya dari mana, semoga tulisan Kak Alo tentang checklist tersebut membantu banyak bagi saya. Terimakasih :)
What a heartwarming story ❤️
ReplyDeleteAku juga nunggu2 nih checklist persiapan lahiran kamu andraaa. Udah nyatet2 jg beberapa dari yang laen tapi kayanya belom komplit kalo belom liat yang punya kamu. Hihihi.
Salam kecup buat aura đŸ˜˜
Take a good care of yourself so you will be resourceful to take a good care of your loved ones, Andra. xx
ReplyDeleteTake a good care of yourself so you will be resourceful to take a good care of your loved ones, Andra. xx
ReplyDeleteHai Kak Andra, I love reading every post you shared <3
ReplyDeleteKalau buat buku mungkin I am one of the readers of your book hihihi.
Benar..kadangkala untuk mendapatkan sesuatu idea atau ilham dalam penulisan perlu sedikit kesabaran. Moga kak andra dapat menghasilkan lebih banyak lagi cerita-cerita yang menarik untuk tatapan pembaca setia dari Malaysia.
ReplyDeleteBenar..kadangkala untuk mendapatkan sesuatu idea atau ilham dalam penulisan perlu sedikit kesabaran. Moga kak andra dapat menghasilkan lebih banyak lagi cerita-cerita yang menarik untuk tatapan pembaca setia dari Malaysia.
ReplyDeleteandra... suka sama ceritanya.
ReplyDeleteberharap suami saya bisa ngelakuin hal yang sama seperti abenk huhuhu.
hebat kalian bisa mengasuh aura tanpa nanny.
semoga lancar terus ya Ndra asi-nya =)
Aku juga kangen hujan >.< Makassar sama sekali belum didatangi hujan, mataharinya malah sedang panas-panasnya dan tiap malam gerahnya minta ampun belum lagi nyamuk yang wuihhhh.
ReplyDeleteAduh aku jadi gak sabar menikmati moment menyusui anakku ^^
samaaa kak Alooo,, saya kalo mantengin laptop juga sambil nyusuin batita . always inspiring tulisannya, love love.. wish I can meet you
ReplyDeleteIkkhhh sama banget kita.. kalo ada sesuatu ide atau ilham di kepala, cepet2 ditulis di buku, kalo ga, ga bisa tidur :D
ReplyDeletePernah aku kejadian juga, inspirasi malah datang pas uda mau tidur. alhasil, nyalain lampu lagi, di tulis or gambar sebentar lalu tidur hahaha.. jadi biar tenang, dan besok keinget lagi.
Keep inspiring ya kak! ga pernah bosen baca blog nya dehhh.. even old post :)
Dear Mba Andra,
ReplyDeleteTeman mba Alodita yang d London itu Mbak Putri Caya yah? Hehehe....kepo :))
Selalu suka dgn gaya menulis mba Andra yg teduh dan humble. I wish I have the skills to write a blog, too....
akupun rindu suara rintik hujan :(
ReplyDeleteAah, hujan.. bau tanah basah sehabis hujan selalu ngangeni.. :)
ReplyDeleteMba Andra kok ya suka bgt aku sama tulisannya, sederhana sekali, cuma ngena bgt sampe kebawa suasana sore itu,hehe..
ReplyDeleteMba Andra, kok suka bgt aku sama tulisannya , sederhana sekali tapi meaningful..samai kebawa suasana sore itu,indah bgt yah sederhana itu...
ReplyDeleteKepuasan Batin Mba...hehehe...Walaupun sulit tapi tetep jadi tulisannya...(duh jadi pengen bener2 mendalami nulis)
ReplyDeleteKepuasan batin tersendiri, mba
ReplyDeleteWalaupun sulit, tulisan tetep jadi
(Jadi bener2 pengen dalamin nulis..)
Hi Mba Andra.. di salah satu artikel pernah cerita kalo ikut kursus untuk menulis boleh kasih rekomendasi dimana tempatnya? terima kasih...
ReplyDelete